Thursday, 6 June 2013

Mengenal Kerawang Gayo




Oleh : Syamsuddin Said
“ Kerawang gayo mempunyai corak khas dengan penuh makna yang terkandung didalamnya,”
Pada tanggal 5 Nopember 2009 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gayo Lues menyelenggarakan seminar tentang kerawang Gayo di Bale Musara Blangkejeren. Diharapkan hasil seminar ini dapat dibukukan dan selanjutnya menjadi bahan usulan agar kerawang Gayo memperoleh sertifikat hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari direktorat jenderal hak cipta Kemen terian Kehakiman dan HAM.  

Terlepas sudah atau belum terkirim usulan ini, bukanlah kapasitas penulis, karena ketika seminar berlangsung penulis berada di luar daerah namun kemudian Draf Notulen seminar ada diberikan kepada penulis. Disebutkan yang menjadi pengarah ketika itu adalah  Bupati Gayo Lues H. Ibnu Hasim sekaligus sebagai pemakalah di bantu oleh H. Radjab Abdullah.

Sedangkan sebagai pembanding adalah H.M. Ali R, A Rahman Bur dan Marwansyah Sehbi, tetapi dalam notulen tersebut tidak dijelaskan jumlah pesertanya. Namun hal tersebut bukan masalah besar, yang paling penting merumuskan kesepakatan makna yang tertera dari ukiran Kerawang Gayo serta warna dasar dipakai.

Tentu saja warna dasar Kerawang Gayo adalah Hitam yang melambangkan segala keputusan di tangan adat. warna lain yang terdapat dalam ukiran Kerawang Gayo ialah Putih lambang kesucian dan keiklasan, Hijau lambang kesuburan, Kuning lambang kejayaan dan Merah lambang keberanian.

Motif ukiran Kerawang Gayo terdiri dari 14 macam yaitu :
1.    Motif leladu
Lambang kebersamaan ( duduk sama rendah dan tinggi sama tinggi, atau kunul sara duk ratib sara anguk ).
2.    Motif Sesirung
Melambangkan bahwa dalam kehidupan ini harus saling membantu antara si kaya dengan si miskin, saling asah, saling asih, dan saling asuh.
3.    Motif Puter Tali
Lambang persatuan dan kesatuan.
4.    Motif Pucuk Rebung
Melambangkan keadilan dan perlindungan kepada segenap lapisan masyarakat .
5.    Motif Mata Itik
Melambangkan petunjuk ulama tentang ilmu dunia dan akhirat serta lahir dan batin atau  amar makrub nahi mungkar.
6.    Motif Gegaping
Lambang Ketaatan beragama dan setia mempertahankan adat istiadat dan budaya.
7.    Motif Tulen Niken
Lambang kewajiban membela diri ketika diserang dengan prinsif jangan menganggu orang jika tidak di ganggu.
8.    Motif Mun Berangkat
Melambangkan kewajiban memperbaharui dan memperbaiki kehidupan serta hijrah dari kebatilan menuju yang hak dan kebaikan serta kebesaran.
9.    Motif  Sede Benang/Rempelis
Lambang Kejujuran, ketulusan hati dan ke iklasan serta kebenaran.
10.    Motif Tabur
Lambang daerah dan wilayah kekuasaan.
11.    Motif Bunge Lapan
Lambang struktur pemerintahan 8 kejurun (reje) tempo dulu dibawah kejurun patiambang.
12.    Motif Tampuk Manis
Struktur pemerintahan yang lebih kecil ( reje kecil ).
13.    Motif Sede Rino
Melambangkan bahwa urang Gayo bisa menerima budaya luar tetapi tidak merusak budaya Gayo yang sudah mengakar.
14.    Motif Bunge Panah
Lambang perlindungan terhadap kelestarian adat istiadat dan lingkungan hidup.
  
Ukiran serta motif Kerawang Gayo tersebut terdapat pada baju  kerawang yang dipakai oleh kaum wanita terutama anak gadis (beberu) pada waktu-waktu tertentu, yang disebut juga baju lukup atau tabur bintang dan tampuk manis.

Pada mulanya baju Gayo untuk anak gadis sebelumnya disebut baju KLIP (tanpa ukiran), kemudian berkembang menjadi baju jait kerlang (sudah ada ukiran di bagian bahu ). Seterusnya menjadi baju jait lapan. Sedang untuk laki-laki disebut baju BAT, atau baju kantong disebut juga baju pokok untuk para sebujang  ( pemuda ).

Upuh Kerawang seperti kain panjang terdiri dari dua macam pula yaitu : terdiri dari lima atau tujuh lajur ukiran kerang disebut lime tiang atau pitu tiang dan biasanya di beri tambahan renggiep yang terbuat dari perak. Dikedua ujungnya khusus untuk pengantin pria dan wanita.
Dapat ditambahkan disini bahwa kerawang Gayo yang disebutkan ini khusus di gunakan oleh urang Gayo yang berasal dari Gayo Lues, atau lokop serba jadi. Jadi berbeda dengan ukiran kerawang dari aceh Tengah dan Bener Meriah maupun dengan kerawang dari tanah Alas, meskipun dengan mereka juga masih serumpun***

No comments:

Post a Comment