Abu nawas orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz
meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke
Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar bahasa Arab dan bergaul rapat sekali
dengan orang-orang Badui Padang Pasir. Karena pergaulannya itu ia mahir
bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran orang Arab.
Pada suatu ketika Raja Harun Al Rasyid terkena penyakit yang aneh. Semua tubuh Raja Harun Al Rasyid terasa pegal dan kaku, badanya panas dan susah untuk bergerak. Penyakit itu semakin bertambah parah dikarenakan sang Raja tidak mau memakan makanannya.
Banyak tabib didatangkan untuk mengobati penyakit Sang Raja, namun tak ada satupun yang bisa mengobati. Sudah banyak pula obat yang diminum tetpai masih belum bisa mengobati penyakitnya.
Sang Raja tidak mau menyerah dengan penyakitnya, Raja masih berkeinginan untuk sembuh. Maka pengawalnya diutus untuk mengadakan sebuah sayembara. Yang bisa menyembuhkan penyakit Sang Raja akan diberikan hadiah.
Kabar sayembara itu terdegar oleh Abu Nawas, ia pun tertarik dengan sayembara itu. Tidak lama kemudian si Abu Nawas memutar otak dan pergi menuju ke Istana Raja Harun Al Rasyid. Setelah tiba di istana, sang raja terkejut melihat si Abu Nawas datang untuk mengobati dirinya.
"Abu Nawas , setahuku engkau bukan lah seorang tabib, tapi mengapa engkau mengikuti sayembara ini?
"Tuan Raja janganlah lihat penampilanku saja, begini-begini aku juga bisa obati orang sakit.
"Benarkah? Berarti engkau bisa sembuhkan penyakitku juga.
"Oh, tentu saja bisa tuan Raja. Sebenarnya apa penyakit Raja?
"Aku juga tidak tahu, tetapi seluruh tubuh dan badanku terasa sakit semua, keluh sang Raja
"Ha ha ha ha...Abu Nawas malah tertawa.
"Hei apanya yang lucu, kata sang raja.
"Tidak tuan, kalo penyakit itu gampang sekali obatnya.
"Benarkah, kaget sang raja. Apa nama obatnya dan dimana aku bisa mendapatkannya.
"Obat itu adalah telur Unta, dan anda bisa mendapatkannya dikota Baghdad ini.
Mendengar kata-kata Abu Nawas, sang Raja merasa bersemangat dan ingin mendapatkan telur Unta itu.
"Hei Abu Nawas, awas kalo kamu sampai berbohong. akan kuhukum kamu kata sang Raja.
"Cari dulu telur Unta itu, jangan asal hukum saja" kata Abu Nawas.
Keesokan harinya sang Raja berangkat dengan pengawalnya, Ia menyamar menjadi rakyat biasa karena tidak ingin diketauhi kalau dia seorang Raja. Raja pergi ke pasar-pasar disekitar Baghdad, tetapi belum menemukan telur Unta. Raja tidak mau menyerah dan mencarinya kerumah-rumah warga tetapi dia belum menemukan juga. Semangat Raja Harun Al Rasyid sangat kuat sekali, ia tidak peduli jarak yang telah ditempuhnya. Hingga akhirnya tiba di sebuah hutan.
Raja terus berjalan tanpa hiraukan pengawalnya yang sudah kelelahan,sambil menggerutu ia tetap berpikir dimana telur itu berada.
"Awas kau Abu Nawas, kalau aku tidak menemukan telur itu akan kuhukum
kau!" gerutu raja. Penggawal bersiaplah untuk menghukum Abu Nawas
besok!".
"Siap Raja" kata pengawal yang sudah kelelahan. "Tetapi kita sebaiknya
kembali ke Istana, sepertinya kita tidak menemukan telur itu".
Raja Harun Al Rasyid mempertimbangkan saran sang pengawal, beberapa saat
kemudian ia melihat seorang kakek yang sedang membawa ranting.
"Tunggu pengawal, kita coba tanya pada kakek itu" kata Sang Raja.
Sang Raja Harun Al Rasyid menhampiri kakek yang membawa ranting itu, melihat kondisi si kakek yang udah tua ia sangat kasihan, maka ia pun menawarkan jasa untuk membawa kayu-kayu itu. Setelah sampai dirumah kakek tadi, sang kakek berterimakasih kepada Raja Harun Al Rasyid yang ia tidak menyangka bahwa ia adalah seorang raja.
"Terima kasih cuk, semoga Allah membalas kebaikan cucuk"
"Sama-sama kek" kata raja.
"Oh iya kek, saya mau bertanya, apakah kakek punya telur Unta" tanya raja pada si kakek
"Telur Unta?" si kakek pun berfikir sejenak.
"Hahahahaha..." tawa si kakek. Raja Harun Al Rasyid pun heran dan bertanya apda sang kakek.
"Apa saya salah tanya kek" tanya raja keheranan. "Bisa kakek jelaskan?"
"Cuk, didunia ini mana ada telur Unta, setiap hewan yang bertelinga itu
melahirkan bukan bertelur, jadi mana ada telur Unta. Mendengar
penjelasan sang kakek membuat sang raja dan pengawalnya tersentak kaget.
"Benar juga mana ada telur unta, unta kan binatang melahirkan bukan bertelur" gumam sang raja.
"Awas kau Abu Nawas"
Keesokan harinya sang raja dengan kesalnya menunggu Abu Nawas yang telah mengerjainya, mondar-mandir kesana-kemari sambil komat-kamit.
"Awas kau Abu Nawas! awas kau Abu Nawas!'
Beberapa saat kemudian si Abu Nawas datang ke Istana. Ia memberi senyum jenakanya kepada raja, Raja Harun Al Rasyid langsung memarahinya
"Hai Kau Abu Nawas, beraninya kau mengerjai ku, aku tidak bisa terima
ini. Dengan kesepakatan kita bahwa Aku akan menghukummu karena kamu
telah membohongi aku, mana ada telur unta sedangkan unta itu kan hewan
yang melahirkan.
"Anda benar Tuan Raja, kata Abu Nawas membenarkan pernyataan sang raja,
telur unta itu sebenarnya tidak ada, unta hewan yang melahirkan dan
bukan bertelur.
"Lantas, mengapa kau menyuruhku untuk mencari telur itu?" sanggah raja. "Pokoknya sekarang kamu dihukum"
"Tunggu dulu Tuan Raja, sebelum saya dihukum, saya ingin bertanya"
"Tanya apa" kata raja
"Bagaimana kondisi tubuh Tuan Raja hari ini? tanya si Abu Nawas.
"Kondisi badanku, aku merasa tubuhku tidak pegal dan sakit seperti kemaren, sang raja pun terdiam sejenak.
"Abu Nawas, aku sudah sembuh, penyakitku hilang, penyakitku hilang Abu Nawas." raja sangat gembira.
"Aku tahu, perjalananku yang amat jauh kemaren telah membuat tubuhku
yang tadinya jarang bergerak menjadi bergerak dan itu membuat aliran
darahku yang beku menjadi lancar kembali" itu penyebabnya, terima kasih
Abu Nawas" kata sang raja
"Benar tuan, Kata Abu Nawas, tubuh yang tidak dibiasakan bergerak akan
membuat darah membeku dan menjadi penyakit, maka dari itu raja
rajin-rajinlah bergerak"
"Abu Nawas maafkan aku telah memarahimu, aku tidak akan menghukummu tapi
aku akan berikan hadiah karena telah memberiku saran yang luar biasa.
"Terima kasih tuan raja" jawab Abu Nawas.
No comments:
Post a Comment