Ketika itu aku masih saja sibuk dengan
urusanku, tiba-tiba dia datang menghampiri ku dan kami mulai berkenalan. Lama
kelamaan menjadi dekat dan tiba waktunya dia mengutarakan perasaannya
terhadapku. Aku yang masih bingung dan tidak punya pengalaman tentang
menghadapi hal seperti itu malah senyum-senyum sendiri dan mengatakan hal apa
saja yang ada dipikiranku pada saat itu. Untungnya dia tidak menertawakan
tingkah ku yang bingung dan aneh tak menentu ketika itu. Haha J
aku mulai mencobanya dan ingin tau rasanya jika memiliki seorang pacar. Awal
mula masih biasa-biasa saja karena belum terbiasa dengan status terbaruku yang
memiliki seorang pacar, tapi setelah lama kulewati hari bersamanya diriku dan
dirinya seakan menyatu dan berbaur menjadi butiran-butiran pasir yang tidak
ingin untuk terpisahkan. Sehingga perasaanku terhadapnya semakin kuat dan rasa
sayangku padanya mempunyai impian dan harapan yang begitu banyak. Aku tidak
perduli dengan tingkah lakunya yang kadang membuatku marah dan kesal, sehingga
kami juga sering bertengkar karena hal sepele. Aku juga tidak perduli dengan
latar belakang keluarganya ataupun masa lalunya yang kelam. Aku hanya perduli
terhadap satu hal, yaitu dia bisa menyanyangiku dan menjagaku setulus hatinya
tanpa pernah membuatku merasa kecewa karena dirinya. Karena bagiku seorang yang
menyanyagiku dengan tulus pasti akan menjaga harkat dan martabatku sebagai
seorang perempuan.
Tidak terasa hubungan kami sudah cukup
lama berlalu dan waktu yang kami lewatipun memiliki kenangan dan kisah tersendiri
di pikiran dan ingatanku.
Waktu tau bahwa dia akan pulang
kekampung halamannya, aku sangat sedih dan menharapkan agar dia tidak pergi.
Tapi aku juga tidak boleh egois terhadapnya karena ia rindu bertemu keluarganya
disana. Meskipun hanya tiga hari dia disana tapi hatiku sangat merindukannya.
Apalagi dia tidak ada memberi kabar kepadaku, betapa paniknya aku menungggu kapan
ia memberitahukan kalau dia sudah sampai disana dan apa yang sedang ia lakukan.
Hingga pada esok lusa aku mendapat kabar darinya melalui sms yang ia kirim,
meskipun begitu tetap saja perasaanku merasa sedih karena ia tidak
menghubungiku sesampainya disana.
Dengan perasaan sedikit kecewa, aku
menghubunginya lewat telpon. Tetapi responnya terhadap ku tidak begitu gembira
ketika mendengar suaraku, padahal aku berharap kalau dia akan senang jika
mendengar suaraku juga. Mungkin aku tidak boleh egois terhadapnya, seharusnya
aku pun membiarkan ia sejenak menikmati kumpul bersama keluarga yang hanya
beberapa hari saja.
Petang harinya ia pun memberitahukanku
jika dia akan pulang kemedan pada hari itu juga. Ada rasa senang yang singgah
dihatiku karena mendengar kabar darinya kalau dia akan kembali ke Medan untuk
kuliahnya besok dan juga bertemu denganku lagi. Akupun menghilangkan rasa
sedihku karenanya.
To be continue...
No comments:
Post a Comment