Monday, 10 June 2013

Tips Kentang Goreng Garing & Renyah


( Vemale.com Kentang goreng atau sering disebut french fries adalah camilan yang disuka banyak orang. Saat Anda datang ke restoran cepat saji, Anda akan menikmati kentang yang renyah dan garing dengan rasa yang lezat, tetapi ketika mencoba memasak hidangan itu di rumah, kentang hanya renyah saat baru matang, saat sudah setengah dingin atau dingin, kentang goreng menjadi layu dan kehilangan semua sensasi renyahnya. Memang masih bisa dimakan, tapi tidak selezat jika ada kerenyahan di setiap gigitannya.
Membeli kentang khusus french fries bisa menjadi pilihan yang praktis, Anda tinggal menggorengnya dan mendapatkan kentang yang renyah. Tetapi.. kentang tersebut cenderung lebih mahal. Sebenarnya Anda bisa memakai kentang biasa untuk mendapatkan kentang goreng yang serenyah buatan restoran cepat saji. Catat tips dari kami!
  1. Pilih kentang dengan kualitas baik, perhatikan permukaan kulitnya! Pilih kentang dengan permukaan yang mulus, tanpa warna hijau, bekas memar atau bekas busuk.
  2. Setelah dipotong-potong sesuai selera, rendam kentang dengan air es selama minimal 30 menit, air rendaman tersebut bisa Anda campur dengan garam. Jika air sudah mulai tidak dingin, masukkan es batu.
  3. Tiriskan kentang, lalu beri taburan tepung maizena, tipis saja.
  4. Jika Anda ingin langsung menggoreng, goreng dalam minyak yang panas dan merendam semua bagian kentang.
  5. Jika Anda ingin menggoreng kentang di lain waktu, masukkan kentang ke dalam plastik atau wadah, masukkan dalam freezer.

Bahaya terlalu Cintai Pacar :)

Vemale.com -  
Jatuh cintalah pelan-pelan, jangan sekaligus, berat nanti. - Perahu Kertas
Kutipan dari buku karangan Dee tersebut menggambarkan bahwa jatuh cinta sebaiknya tidak berlebih. Kenyataannya, efek jatuh cinta selalu berlebih dan membuat seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya.
Jatuh cinta berlebih membuat Anda tidak bisa membedakan mana yang cinta secara tulus atau obsesi belaka. Jatuh cinta berlebih juga membuat Anda kehilangan diri sendiri demi pasangan. Sesuatu yang berlebihan tidak baik, dan sebaiknya Anda waspada jika menemukan ciri di bawah ini!
Sulit Menolak dan Susah Berkata Tidak
Wanita sering sungkan menolak atau berkata tidak walaupun itu bertentangan dengan keinginan atau kata hatinya. Jika Anda susah menolak atau susah berkata tidak pada apapun keinginan pasangan, itu bukan sinyal yang baik. Meng-iya-kan semua keinginan pasangan bukan tanda cinta, karena ini akan membuat Anda tidak dapat menunjukkan pemikiran dan kepribadian yang sebenarnya. Tegas pada diri sendiri itu penting, tidak selamanya menolak dan berkata tidak itu buruk.
Selalu Minta Maaf
Meminta maaf itu bagus, dengan asumsi bahwa Anda memang bersalah dan berbuat sesuatu yang menyakiti hatinya. Tetapi bila Anda selalu meminta maaf pada semua masalah yang terjadi bahkan yang jelas-jelas adalah salah pasangan, ini tanda bahwa Anda takut hubungan berakhir dengan cara yang salah. Sering meminta maaf justru membuat pasangan meremehkan dan tidak menghargai Anda.
Melupakan Orang Lain Yang Mencintai Anda
Ada banyak orang yang mencintai Anda selain si dia. Sayangnya, wanita yang terlalu mencintai pasangannya hanya akan fokus pada pria yang dia cintai. Wanita ini akan lupa cara memanjakan diri sendiri, lupa bahwa ada banyak orang yang mencintainya dan hanya fokus untuk membahagiakan pasangan. Ini juga bukan sinyal yang baik, karena Anda juga membutuhkan masukan dan cinta dari orang lain selain si dia.
Bersedia Tersiksa Fisik atau Verbal
Banyak wanita tidak sadar jika dia disakiti secara fisik dan verbal oleh pria yang dia cintai. Mereka biasanya bertahan dengan keyakinan bahwa si pria akan berubah lebih lembut karena cinta, tetapi ini sangat jarang berhasil. Cinta seharusnya mendamaikan, jika dia menyakiti Anda (dan berkali-kali melakukannya walaupun sudah minta maaf), tinggalkan dia! Anda pantas mendapat yang lebih baik.
Berubah Sangat Banyak Demi Dia
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam menjalin hubungan, akan ada beberapa penyesuaian, tetapi penyesuaian ini tidak akan mengubah diri Anda. Jika dia sangat banyak menuntut agar Anda berubah seperti keinginannya, hingga Anda tidak lagi mengenal siapa diri Anda dan apa keinginan Anda, sebaiknya Anda waspada. Mencintai adalah belajar menerima dan saling melengkapi, bukan saling mengubah hanya untuk keegoisan diri sendiri.

KEPEKAAN SOSIAL SEEKOR KUCING


Ahli biologi Amerika bercerita, “Ada orang yang memiliki seekor kucing. Tiap hari kucing itu diberi makan. Namun tiap kali kucing diberi makan, ia tidak pernah kenyang dan masih saja suka mencuri makanan di rumah. Untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada kucingnya, ia menyelediki kucing tersebut secara diam-diam. Ternyata kucingnya setelah mencuri makanan di rumah, bukan untuk mengisi perutnya yang belum kenyang, melainkan ia mencuri makanan itu untuk diberikan kepada kucing lain yang buta.”

Subhanallah.

Bagaimana bisa seekor kucing mengerti masalah kepekaan sosial, dan bisa membantu temannya yang buta.

Maha Benar Allah dalam firman-Nya yang berbunyi, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Hûd [11]: 6)

(Dikutip dari buku "Belajar Dari Ayat-ayat Allah yang Tersirat, hal. 76)

Saturday, 8 June 2013

4 Hal Yang Harus Dirahasiakan Dari Pacar

Vemale.com - Pacaran adalah salah satu media untuk saling percaya dan saling mengenal. Kadang wanita kebablasan menceritakan semua hal pada pasangannya. Padahal, tidak semua hal bisa Anda ceritakan pada pacar, apalagi jika masa pacaran Anda baru sebentar.
Ada hal-hal yang bisa dibagi bersama, ada juga hal-hal yang sebaiknya disimpan sendiri. Dilansir dari situs Times of India, inilah beberapa hal yang sebaiknya Anda simpan sendiri.

Password Sosial Media (dan Password Segala Hal)
Ingat, Anda punya privacy dan punya hak untuk tidak memberikan password sosial media apapun apalagi password ATM. Sekalipun Anda sudah sangat percaya dengannya dengan dalih tidak ingin menyembunyikan apapun (dan seringnya sebagai bukti tidak berhubungan lagi dengan mantan), akan lebih bijak jika Anda tetap menyimpan password.

Rahasia Sahabat Anda
Okelah Anda dan pacar sudah sangat dekat, tetapi itu bagi Anda, bukan untuk sahabat Anda. Rahasia apapun yang diceritakan sahabat Anda akan lebih baik jika terakhir sampai di telinga Anda, bukan di telinga pacar Anda. Sepercaya apapun Anda dengan pacar, tetap jaga kepercayaan yang diberikan sahabat untuk menjaga cerita-cerita atau rahasia tertentu yang hanya dia bagi untuk Anda.

Fakta Bahwa Anda Benci Keluarganya
Kadang dilema memiliki pacar yang sangat baik tetapi sikap keluarganya tidak sejalan dengan hati Anda. Sebisa mungkin tahan keinginan Anda untuk mengumbar rasa tidak suka secara terang-terangan di depannya. Jika Anda yakin hubungan sudah stabil, Anda boleh menceritakan apa saja bagian yang tidak Anda suka dari keluarganya, entah perkataan saudaranya yang sering pedas, ibunya yang terlalu mengatur dan sebagainya.
Jika Anda memang ingin serius dan ingin menikah dengannya, menyelaraskan hubungan keluarga sangat penting. Anda tidak hanya menikah dengan kekasih, tetapi juga keluarganya.

Menceritakan Mantan Dengan Detil
Tahukah Anda, tidak semua pria suka jika Anda menceritakan mantan secara detil, apalagi jika pacar Anda tidak memintanya. Kecuali dia ingin Anda menceritakannya, akan lebih baik jika Anda menceritakannya. Terlalu sering atau terlalu banyak menceritakan mantan pacar bisa dianggap sebagai sinyal bahwa Anda belum move on dan membandingkan sang mantan dengan pria yang sekarang jadi kekasih Anda.

Ciri-Ciri Pria Yang Sudah Beristri, Jangan Sampai Terjebak!


Vemale.com - Ada banyak pria di dunia, ada yang single, ada yang sudah beristri, ada yang sudah beristri tapi mengaku masih single. Nah lho.. Jangan sampai Anda terjebak dengan pria beristri yang mengaku single. Untuk itu, Anda harus tahu ciri-ciri mereka.
1. Perhatikan jari manis mereka, ada cincinnya atau tidak. Tidak ada cincinnya? Coba perhatikan lagi apakah ada lingkar bekas cincin di sana, bisa jadi dia baru saja melepas cincin kawinnya.
2. Dia sering membayar makan malam dengan uang tunai. Umm.. ini bisa jadi sinyal bahwa dia tidak ingin membayar dengan kartu kredit atau kartu ATM akan meninggalkan jejak transaksi makan malam dua porsi. Siapa tahu istrinya teliti dan memeriksa keuangan suaminya.
3. Dia punya ponsel lebih dari satu, tetapi hanya satu nomor yang dia berikan untuk Anda. Perhatikan apakah dia sering meninggalkan Anda saat sedang mengangkat telepon?
4. Dia tidak pernah atau sangat jarang mengajak Anda jalan-jalan di akhir pekan. Sudah jelas, ini adalah sinyal bahwa dia menemani istri (bahkan mungkin anak-anaknya) di akhir pekan. Dia lebih sering mengajak Anda di malam hari pada jam kerja.
5. Dia tidak pernah membalas pesan tertulis pada jam-jam istirahat malam atau jam-jam sepulang kantor. Tentu saja, karena dia sedang bersama istrinya. Sibuk membalas pesan SMS atau BBM hanya akan membuat istrinya curiga.
6. Anda kenal teman-temannya? Tidak satupun? Pria yang sudah menikah tidak akan mengenalkan Anda pada teman-teman dekatnya, apalagi keluarganya.
7. Dia tidak pernah mau mengajak Anda ke rumahnya. Ya tentu saja.. karena ada istrinya di sana.

Waspada! Nyamuk Lebih Suka Menggigit Wanita

 

Vemale.com - Nyamuk, si kecil yang sering membuat kita kesal. Hewan ini tidak hanya memberi kekhawatiran pada penyakit malaria atau demam berdarah, gigitan nyamuk yang meninggalkan ruam merah dan rasa gatal sangat mengganggu. Ternyata, nyamuk tidak sembarangan memilih mangsa, demikian menurut penelitian terbaru.
Suka Menggigit Orang Gemuk
Dilansir Genius Beauty, para ilmuwan yang tergabung dalam University of California menemukan bahwa ada beberapa enzim yang membedakan aroma satu manusia dengan manusia lain. Karena itulah ada orang yang gampang digigit nyamuk ada yang tidak. Serangga biasanya tertarik dengan 'aroma' nonanal aldehyde.
Selain itu, penelitian yang melibatkan 1300 nyamuk mendapatkan hasil bahwa mereka lebih suka orang-orang yang mengalami peningkatan konsentrasi steroid atau kolesterol pada permukaan kulit manusia. Itulah sebabnya mereka "cinta" orang yang kelebihan berat badan dan memiliki penyakit kardiovaskular.
Lebih Enak Menggigit Wanita
Dari segi jenis kelamin, nyamuk lebih memilih menghisap darah wanita. Penyebab hal ini belum diketahui pasti, tetapi kemungkinannya adalah pengaruh hormon testosteron dan estrogen. Sebagai tambahan, nyamuk juga lebih memilih wanita berambut pirang atau wanita yang sedang hamil.

Pakai Kawat Gigi Ternyata Bikin Gigi Sensitif



Courtesy ShutterStock.com Vemale.com - Gigi berkawat lebih berisiko terserang gangguan gigi sensitif, kata pakar gigi sensitif GlaxoSmithKline Ariandes Veddytarro.
Ariandes menjelaskan gerakan gigi yang terpasang kawat cenderung mencederai dan mengganggu ketinggian tulang karena perubahan posisi rahang yang dimundurkan atau dimajukan.
"Ketinggian tulang yang menurun, memicu gusi ikut menurun. Jika gusi menurun, dentin akan terbuka dan memicu terserang gigi sensitif," katanya dalam satu diskusi di Jakarta, Minggu.
Dia menambahkan dentin yang menyelimuti hampir seluruh bagian gigi memiliki pori-pori dengan jutaan saraf.
"Ketika dentin terbuka, bagian yang terekspos lingkungan akan merasakan berbagai sensasi, seringkali ngilu yang intens dan menusuk," katanya.
Ariandes mengatakan gusi menurun akan menyebabkan akar terpisah sehingga risiko timbulnya gigi ngilu lebih tinggi.
Oleh karena itu kebiasaan baik menyikat gigi harus dilakukan sejak dini untuk mencegah gangguan gigi sensitif, seperti menyikat gigi dua kali sehari dan memakan dan meminum yang tidak terlalu panas, dingin dan masam.
Ariandes menyebutkan risiko terserang gigi sensitif umumnya terjadi pada dewasa berusia 25 tahun ke atas.
"Karena gigi sensitif ini muncul dari kebiasaan buruk, makanya kita jarang sekali menemukan gejala gigi sensitif pada anak-anak yang masih memiliki gigi susu," katanya.

Bahaya Bila Salah Pilih Ukuran Bra



Courtesy ShutterStock.com Vemale.com - Sebagian besar wanita salah memilih ukuran saat membeli bra. Padahal, memakai bra yang tepat ukuran sangat penting bagi kesehatan wanita.
Bra tidak boleh terlalu ketat atau juga terlalu longgar. Apabila terlalu longgar, maka payudara tidak bisa disangga dengan baik dan dapat mempengaruhi ukuran serta bentuk payudara itu sendiri. Dan apabila terlalu ketat, akan menyebabkan sakit pada bagian dada serta punggung.
Lebih parahnya lagi, salah pilih bra juga dapat memperbesar resiko terserang kanker payudara. Terutama bila bra yang dikenakan terlalu ketat, peredaran darah sulit untuk mengalir dengan baik, sehingga problem pada payudara mudah sekali terjadi.
Berikut dijabarkan seperti apa sih akibatnya kalau salah pilih ukuran bra:
Nyeri di payudara
Apabila Anda sering merasakan nyeri di payudara, mungkin hal ini disebabkan oleh salah pilih ukuran bra. Hal ini wajar dialami mereka yang memakai bra terlalu ketat. Dianjurkan agar membeli bra yang ukurannya setingkat lebih besar atau mengaitkan pada kaitan terluar.
Sakit pada punggung
Nyeri di punggung juga seringkali dialami oleh mereka yang salah pilih bra. Nyeri ini kerap datang terutama di malam hari atau ketika udara dingin. Untuk itulah, tidur tanpa mengenakan bra membuat punggung terasa lebih nyaman dan dapat bernafas lega.
Mengubah ukuran payudara
Payudara dapat berubah ukurannya dan kehilangan kekencangan akibat tidak disangga dengan baik. Payudara jadi turun dan terlihat lebih berat. Agar bentuk payudara selalu kencang dan cantik, pastikan memilih bra dengan ukuran pas dan dapat menyangga dengan nyaman.
Sakit pada bahu dan leher
Nyeri atau rasa lelah pada bahu dan leher juga kerap disebabkan karena salah pemilihan bra. Terutama apabila payudara berukuran maxi, yang seharusnya disangga dengan baik.
Efek negatif pada kelenjar getah bening
Dianjurkan pula untuk memilih cup bra yang pas, sehingga saat membeli bra coba terlebih dahulu. Cup bra yang terlalu kecil dapat mempengaruhi kelenjar getah bening dan menciptakan peradangan di dalam payudara.
Postur tubuh yang jelek
Postur tubuh juga sangat dipengaruhi oleh pemilihan bra yang tepat. Jika sakit punggung, leher dan bahu terus menerus dibiarkan, bisa jadi postur tubuh ikut berubah.
Kanker payudara
Sempat disinggung di atas bahwa salah memilih bra bisa memicu kanker payudara. Disebutkan oleh boldsky.com, ketika memakai bra yang terlalu ketat, maka peredaran darah kurang lancar, kebiasaan ini dapat mempengaruhi kondisi payudara dan menyebabkan penyumbatan. Dari penyumbatan itu pulalah potensi perkembangan sel kanker meningkat.
Iritasi kulit
Payudara atau area punggung, bahu, dan dada kemerahan serta meninggalkan bekas tali? Hal ini disebabkan oleh bra yang terlalu ketat. Kulit tergesek dan memungkinkan mengalami iritasi atau peradangan.
Memilih ukuran bra, pastikan pas antara lingkar dada serta cup. Apabila saat mengangkat kedua tangan Anda maka cup bra keluar dari area, tandanya Anda harus memilih bra yang lebih kecil ukurannya.
Terlebih dahulu coba bra sebelum dibeli sehingga Anda tak sia-sia atau salah pilih ukuran.

Sering Terbangun Karena Pipis Bahaya Bagi Kesehatan



Courtesy ShutterStock.com Vemale.com - Apakah Anda seringkali terbangun buang air kecil di malam hari? Apabila ya, maka Anda wajib baca artikel ini.
Sebuah penelitian dilakukan oleh European Association of Urology tentang terbangun karena pipis di malam hari. Kedengarannya hal yang normal dan biasa, namun ternyata hal ini bisa dibilang sebagai pemicu problem kesehatan lain bagi manusia.
Problem 1: menurunkan produktivitas
Terbangun pipis di malam hari akan membuat tidur jadi kurang nyenyak dan kualitasnya menurun, alhasil produktivitas keesokan harinya jadi berkurang. Anda seperti merasa kelelahan, mengantuk, tidak bernafsu dan emosi naik turun.
Bahkan, konsentrasi juga berkurang akibat terbangun tadi. Memang sih hanya memakan waktu beberapa menit saja, tetapi beberapa menit tersebut ternyata penting karena telah menghentikan istirahat otak dan tubuh dengan mendadak. Mereka yang terbiasa terbangun ini, akan mengalami hal yang sama berturut-turut, sehingga kemudian muncul gangguan kesehatan seperti sakit kepala, atau gejala flu.
Problem 2: gejala insomnia
Kebiasaan buruk ini bisa juga menjadi gejala insomnia. Membuat orang akhirnya enggan tidur kembali dan begadang sampai pagi. Terutama beberapa orang yang punya kesulitan tidur, biasanya akan membuatnya mencari kegiatan untuk dilakukan setelah terbangun. Beberapa hari saja kebiasaan ini dilanjutkan maka Anda segera bergabung dengan klub insomnia.
Problem 3: angin duduk
Kasus ini mungkin langka terjadi, tetapi jadi sering terdengar karena diam-diam menjadi pembunuh tanpa suara. Angin duduk ini biasanya menyerang mereka yang sering beraktivitas di malam hari atau di luar ruangan dalam suhu yang rendah.
Masih belum bisa dijelaskan secara detail bagaimana seseorang bisa terkena angin duduk ini. Tetapi, dokter menyarankan agar setiap orang punya kecukupan tidur dan kualitas tidur yang baik sehingga problem seperti angin duduk tidak sampai menyerang.
Problem 4: paru-paru basah
Lebih baik jangan terlalu sering begadang, tubuh butuh beristirahat setiap hari setidaknya 8 jam sehari untuk memulihkan energi setelah beraktivitas seharian. Dan melek di malam hari membuat angin malam mengganggu kesehatan.
Yang paling sering dialami oleh mereka yang begadang adalah paru-paru basah, akibat masuknya angin malam ke dalam tubuh. Kelembaban tersebut seringkali ditangkap tubuh dan tidak bisa keluar, sehingga tak heran apabila keluhan di paru-paru yang paling sering didengar.
Disarankan agar tidak sering pipis tengah malam agar minum air maksimal 1 jam sebelum tidur sehingga ada waktu bagi tubuh melakukan pembuangan sebelum beristirahat.

Pesut Mahakam

Pada jaman dahulu kala di rantau Mahakam, terdapat sebuah dusun yang didiami oleh beberapa keluarga. Mata pencaharian mereka kebanyakan adalah sebagai petani maupun nelayan. Setiap tahun setelah musim panen, penduduk dusun tersebut biasanya mengadakan pesta adat yang diisi dengan beraneka macam pertunjukan ketangkasan dan kesenian.
Ditengah masyarakat yang tinggal di dusun tersebut, terdapat suatu keluarga yang hidup rukun dan damai dalam sebuah pondok yang sederhana. Mereka terdiri dari sepasang suami-istri dan dua orang putra dan putri. Kebutuhan hidup mereka tidak terlalu sukar untuk dipenuhi karena mereka memiliki kebun yang ditanami berbagai jenis buah-buahan dan sayur-sayuran. Begitu pula segala macam kesulitan dapat diatasi dengan cara yang bijaksana, sehingga mereka hidup dengan bahagia selama bertahun-tahun.
Pada suatu ketika, sang ibu terserang oleh suatu penyakit. Walau telah diobati oleh beberapa orang tabib, namun sakit sang ibu tak kunjung sembuh pula hingga akhirnya ia meninggal dunia. Sepeninggal sang ibu, kehidupan keluarga ini mulai tak terurus lagi. Mereka larut dalam kesedihan yang mendalam karena kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Sang ayah menjadi pendiam dan pemurung, sementara kedua anaknya selalu diliputi rasa bingung, tak tahu apa yang mesti dilakukan. Keadaan rumah dan kebun mereka kini sudah tak terawat lagi. Beberapa sesepuh desa telah mencoba menasehati sang ayah agar tidak larut dalam kesedihan, namun nasehat-nasehat mereka tak dapat memberikan perubahan padanya. Keadaan ini berlangsung cukup lama.
Suatu hari di dusun tersebut kembali diadakan pesta adat panen. Berbagai pertunjukan dan hiburan kembali digelar. Dalam suatu pertunjukan ketangkasan, terdapatlah seorang gadis yang cantik dan mempesona sehingga selalu mendapat sambutan pemuda-pemuda dusun tersebut bila ia beraksi. Mendengar berita yang demikian itu, tergugah juga hati sang ayah untuk turut menyaksikan bagaimana kehebatan pertunjukan yang begitu dipuji-puji penduduk dusun hingga banyak pemuda yang tergila-gila dibuatnya.
Malam itu adalah malam ketujuh dari acara keramaian yang dilangsungkan. Perlahan-lahan sang ayah berjalan mendekati tempat pertunjukan dimana gadis itu akan bermain. Sengaja ia berdiri di depan agar dapat dengan jelas menyaksikan permainan serta wajah sang gadis. Akhirnya pertunjukan pun dimulai. Berbeda dengan penonton lainnya, sang ayah tidak banyak tertawa geli atau memuji-muji penampilan sang gadis. Walau demikian sekali-sekali ada juga sang ayah tersenyum kecil. Sang gadis melemparkan senyum manisnya kepada para penonton yang memujinya maupun yang menggodanya. Suatu saat, akhirnya bertemu jua pandangan antara si gadis dan sang ayah tadi. Kejadian ini berulang beberapa kali, dan tidak lah diperkirakan sama sekali kiranya bahwa terjalin rasa cinta antara sang gadis dengan sang ayah dari dua orang anak tersebut.
Demikianlah keadaannya, atas persetujuan kedua belah pihak dan restu dari para sesepuh maka dilangsungkanlah pernikahan antara mereka setelah pesta adat di dusun tersebut usai. Dan berakhir pula lah kemuraman keluarga tersebut, kini mulailah mereka menyusun hidup baru. Mereka mulai mengerjakan kegiatan-kegiatan yang dahulunya tidak mereka usahakan lagi. Sang ayah kembali rajin berladang dengan dibantu kedua anaknya, sementara sang ibu tiri tinggal di rumah menyiapkan makanan bagi mereka sekeluarga. Begitulah seterusnya sampai berbulan-bulan lamanya hingga kehidupan mereka cerah kembali.
Dalam keadaan yang demikian, tidak lah diduga sama sekali ternyata sang ibu baru tersebut lama kelamaan memiliki sifat yang kurang baik terhadap kedua anak tirinya. Kedua anak itu baru diberi makan setelah ada sisa makanan dari ayahnya. Sang ayah hanya dapat memaklumi perbuatan istrinya itu, tak dapat berbuat apa-apa karena dia sangat mencintainya. Akhirnya, seluruh rumah tangga diatur dan berada ditangan sang istri muda yang serakah tersebut. Kedua orang anak tirinya disuruh bekerja keras setiap hari tanpa mengenal lelah dan bahkan disuruh mengerjakan hal-hal yang diluar kemampuan mereka.
Pada suatu ketika, sang ibu tiri telah membuat suatu rencana jahat. Ia menyuruh kedua anak tirinya untuk mencari kayu bakar di hutan.
"Kalian berdua hari ini harus mencari kayu bakar lagi!" perintah sang ibu, "Jumlahnya harus tiga kali lebih banyak dari yang kalian peroleh kemarin. Dan ingat! Jangan pulang sebelum kayunya banyak dikumpulkan. Mengerti?!"
"Tapi, Bu..." jawab anak lelakinya, "Untuk apa kayu sebanyak itu...? Kayu yang ada saja masih cukup banyak. Nanti kalau sudah hampir habis, barulah kami mencarinya lagi..."
"Apa?! Kalian sudah berani membantah ya?! Nanti kulaporkan ke ayahmu bahwa kalian pemalas! Ayo, berangkat sekarang juga!!" kata si ibu tiri dengan marahnya.
Anak tirinya yang perempuan kemudian menarik tangan kakaknya untuk segera pergi. Ia tahu bahwa ayahnya telah dipengaruhi sang ibu tiri, jadi sia-sia saja untuk membantah karena tetap akan dipersalahkan jua. Setelah membawa beberapa perlengkapan, berangkatlah mereka menuju hutan. Hingga senja menjelang, kayu yang dikumpulkan belum mencukupi seperti yang diminta ibu tiri mereka. Terpaksa lah mereka harus bermalam di hutan dalam sebuah bekas pondok seseorang agar dapat meneruskan pekerjaan mereka esok harinya. Hampir tengah malam barulah mereka dapat terlelap walau rasa lapar masih membelit perut mereka.
Esok paginya, mereka pun mulai mengumpulkan kayu sebanyak-banyaknya. Menjelang tengah hari, rasa lapar pun tak tertahankan lagi, akhirnya mereka tergeletak di tanah selama beberapa saat. Dan tanpa mereka ketahui, seorang kakek tua datang menghampiri mereka.
"Apa yang kalian lakukan disini, anak-anak?!" tanya kakek itu kepada mereka.
Kedua anak yang malang tersebut lalu menceritakan semuanya, termasuk tingkah ibu tiri mereka dan keadaan mereka yang belum makan nasi sejak kemarin hingga rasanya tak sanggup lagi untuk meneruskan pekerjaan.
"Kalau begitu..., pergilah kalian ke arah sana." kata si kakek sambil menunjuk ke arah rimbunan belukar, "Disitu banyak terdapat pohon buah-buahan. Makanlah sepuas-puasnya sampai kenyang. Tapi ingat, janganlah dicari lagi esok harinya karena akan sia-sia saja. Pergilah sekarang juga!"
Sambil mengucapkan terima kasih, kedua kakak beradik tersebut bergegas menuju ke tempat yang dimaksud. Ternyata benar apa yang diucapkan kakek tadi, disana banyak terdapat beraneka macam pohon buah-buahan. Buah durian, nangka, cempedak, wanyi, mangga dan pepaya yang telah masak tampak berserakan di tanah. Buah-buahan lain seperti pisang, rambutan dan kelapa gading nampak bergantungan di pohonnya. Mereka kemudian memakan buah-buahan tersebut hingga kenyang dan badan terasa segar kembali. Setelah beristirahat beberapa saat, mereka dapat kembali melanjutkan pekerjaan mengumpulkan kayu hingga sesuai dengan yang diminta sang ibu tiri.
Menjelang sore, sedikit demi sedikit kayu yang jumlahnya banyak itu berhasil diangsur semuanya ke rumah. Mereka kemudian menyusun kayu-kayu tersebut tanpa memperhatikan keadaan rumah. Setelah tuntas, barulah mereka naik ke rumah untuk melapor kepada sang ibu tiri, namun alangkah terkejutnya mereka ketika melihat isi rumah yang telah kosong melompong.
Ternyata ayah dan ibu tiri mereka telah pergi meninggalkan rumah itu. Seluruh harta benda didalam rumah tersebut telah habis dibawa serta, ini berarti mereka pergi dan tak akan kembali lagi ke rumah itu. Kedua kakak beradik yang malang itu kemudian menangis sejadi-jadinya. Mendengar tangisan keduanya, berdatanganlah tetangga sekitarnya untuk mengetahui apa gerangan yang terjadi. Mereka terkejut setelah mengetahui bahwa kedua ayah dan ibu tiri anak-anak tersebut telah pindah secara diam-diam.
Esok harinya, kedua anak tersebut bersikeras untuk mencari orangtuanya. Mereka memberitahukan rencana tersebut kepada tetangga terdekat. Beberapa tetangga yang iba kemudian menukar kayu bakar dengan bekal bahan makanan bagi perjalanan kedua anak itu. Menjelang tengah hari, berangkatlah keduanya mencari ayah dan ibu tiri mereka.
Telah dua hari mereka berjalan namun orangtua mereka belum juga dijumpai, sementara perbekalan makanan sudah habis. Pada hari yang ketiga, sampailah mereka di suatu daerah yang berbukit dan tampaklah oleh mereka asap api mengepul di kejauhan. Mereka segera menuju ke arah tempat itu sekedar bertanya kepada penghuninya barangkali mengetahui atau melihat kedua orangtua mereka.
Mereka akhirnya menjumpai sebuah pondok yang sudah reot. Tampak seorang kakek tua sedang duduk-duduk didepan pondok tersebut. Kedua kakak beradik itu lalu memberi hormat kepada sang kakek tua dan memberi salam.
"Dari mana kalian ini? Apa maksud kalian hingga datang ke tempat saya yang jauh terpencil ini?" tanya sang kakek sambil sesekali terbatuk-batuk kecil.
"Maaf, Tok." kata si anak lelaki, "Kami ini sedang mencari kedua urangtuha kami. Apakah Datok pernah melihat seorang laki-laki dan seorang perempuan yang masih muda lewat disini?"
Sang kakek terdiam sebentar sambil mengernyitkan keningnya, tampaknya ia sedang berusaha keras untuk mengingat-ingat sesuatu.
"Hmmm..., beberapa hari yang lalu memang ada sepasang suami-istri yang datang kesini." kata si kakek kemudian, "Mereka banyak sekali membawa barang. Apakah mereka itu yang kalian cari?"
"Tak salah lagi, Tok." kata anak lelaki itu dengan gembira, "Mereka pasti urangtuha kami! Ke arah mana mereka pergi, Tok?"
"Waktu itu mereka meminjam perahuku untuk menyeberangi sungai. Mereka bilang, mereka ingin menetap diseberang sana dan hendak membuat sebuah pondok dan perkebunan baru. Cobalah kalian cari di seberang sana."
"Terima kasih, Tok..." kata si anak sulung tersebut, "Tapi..., bisakah Datok mengantarkan kami ke seberang sungai?"
"Datok ni dah tuha... mana kuat lagi untuk mendayung perahu!" kata si kakek sambil terkekeh, "Kalau kalian ingin menyusul mereka, pakai sajalah perahuku yang ada ditepi sungai itu."
Kakak beradik itu pun memberanikan diri untuk membawa perahu si kakek. Mereka berjanji akan mengembalikan perahu tersebut jika telah berhasil menemukan kedua orangtua mereka. Setelah mengucapkan terima kasih, mereka lalu menaiki perahu dan mendayungnya menuju ke seberang. Keduanya lupa akan rasa lapar yang membelit perut mereka karena rasa gembira setelah mengetahui keberadaan orangtua mereka. Akhirnya mereka sampai di seberang dan menambatkan perahu tersebut dalam sebuah anak sungai. Setelah dua hari lamanya berjalan dengan perut kosong, barulah mereka menemui ujung sebuah dusun yang jarang sekali penduduknya.
Tampaklah oleh mereka sebuah pondok yang kelihatannya baru dibangun. Perlahan-lahan mereka mendekati pondok itu. Dengan perasaan cemas dan ragu si kakak menaiki tangga dan memanggil-manggil penghuninya, sementara si adik berjalan mengitari pondok hingga ia menemukan jemuran pakaian yang ada di belakang pondok. Ia pun teringat pada baju ayahnya yang pernah dijahitnya karena sobek terkait duri, setelah didekatinya maka yakinlah ia bahwa itu memang baju ayahnya. Segera ia berlari menghampiri kakaknya sambil menunjukkan baju sang ayah yang ditemukannya di belakang. Tanpa pikir panjang lagi mereka pun memasuki pondok dan ternyata pondok tersebut memang berisi barang-barang milik ayah mereka.
Rupanya orangtua mereka terburu-buru pergi, sehingga di dapur masih ada periuk yang diletakkan diatas api yang masih menyala. Didalam periuk tersebut ada nasi yang telah menjadi bubur. Karena lapar, si kakak akhirnya melahap nasi bubur yang masih panas tersebut sepuas-puasnya. Adiknya yang baru menyusul ke dapur menjadi terkejut melihat apa yang sedang dikerjakan kakaknya, segera ia menyambar periuk yang isinya tinggal sedikit itu. Karena takut tidak kebagian, ia langsung melahap nasi bubur tersebut sekaligus dengan periuknya.
Karena bubur yang dimakan tersebut masih panas maka suhu badan mereka pun menjadi naik tak terhingga. Dalam keadaan tak karuan demikian, keduanya berlari kesana kemari hendak mencari sungai. Setiap pohon pisang yang mereka temui di kiri-kanan jalan menuju sungai, secara bergantian mereka peluk sehingga pohon pisang tersebut menjadi layu. Begitu mereka tiba di tepi sungai, segeralah mereka terjun ke dalamnya. Hampir bersamaan dengan itu, penghuni pondok yang memang benar adalah orangtua kedua anak yang malang itu terheran-heran ketika melihat banyak pohon pisang di sekitar pondok mereka menjadi layu dan hangus.
Namun mereka sangat terkejut ketika masuk kedalam pondok dan mejumpai sebuah bungkusan dan dua buah mandau kepunyaan kedua anaknya. Sang istri terus memeriksa isi pondok hingga ke dapur, dan dia tak menemukan lagi periuk yang tadi ditinggalkannya. Ia kemudian melaporkan hal itu kepada suaminya. Mereka kemudian bergegas turun dari pondok dan mengikuti jalan menuju sungai yang di kiri-kanannya banyak terdapat pohon pisang yang telah layu dan hangus.
Sesampainya di tepi sungai, terlihatlah oleh mereka dua makhluk yang bergerak kesana kemari didalam air sambil menyemburkan air dari kepalanya. Pikiran sang suami teringat pada rentetan kejadian yang mungkin sekali ada hubungannya dengan keluarga. Ia terperanjat karena tiba-tiba istrinya sudah tidak ada disampingnya. Rupanya ia menghilang secara gaib. Kini sadarlah sang suami bahwa istrinya bukanlah keturunan manusia biasa. Semenjak perkawinan mereka, sang istri memang tidak pernah mau menceritakan asal usulnya.
Tak lama berselang, penduduk desa datang berbondong-bondong ke tepi sungai untuk menyaksikan keanehan yang baru saja terjadi. Dua ekor ikan yang kepalanya mirip dengan kepala manusia sedang bergerak kesana kemari ditengah sungai sambil sekali-sekali muncul di permukaan dan menyemburkan air dari kepalanya. Masyarakat yang berada di tempat itu memperkirakan bahwa air semburan kedua makhluk tersebut panas sehingga dapat menyebabkan ikan-ikan kecil mati jika terkena semburannya.
Oleh masyarakat Kutai, ikan yang menyembur-nyemburkan air itu dinamakan ikan Pasut atau Pesut Sementara masyarakat di pedalaman Mahakam menamakannya ikan Bawoi.

KEONG MAS

Raja Kertamarta adalah raja dari Kerajaan Daha. Raja mempunyai 2 orang putri, namanya Dewi Galuh dan Candra Kirana yang cantik dan baik. Candra kirana sudah ditunangkan oleh putra mahkota Kerajaan Kahuripan yaitu Raden Inu Kertapati yang baik dan bijaksana.
Tapi saudara kandung Candra Kirana yaitu Galuh Ajeng
 sangat iri pada Candra kirana, karena Galuh Ajeng menaruh hati pada Raden Inu kemudian Galuh Ajeng menemui nenek sihir untuk mengutuk candra kirana. Dia juga memfitnahnya sehingga candra kirana diusir dari Istana ketika candra kirana berjalan menyusuri pantai, nenek sihirpun muncul dan menyihirnya menjadi keong emas dan membuangnya kelaut. Tapi sihirnya akan hilang bila keong emas berjumpa dengan tunangannya.
Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut. Keong Emas dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi dilaut tetapi tak seekorpun didapat. Tapi ketika ia sampai digubuknya ia kaget karena sudah tersedia masakan yang enak-enak. Sinenek bertanya-tanya siapa yang memgirim masakan ini.
Begitu pula hari-hari berikutnya sinenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek pura-pura kelaut ia mengintip apa yang terjadi, ternyata keong emas berubah menjadi gadis cantik langsung memasak, kemudian nenek menegurnya " siapa gerangan kamu putri yang cantik ? " Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh saudaraku karena ia iri kepadaku " kata keong emas, kemudian candra kirana berubah kembali menjadi keong emas. Nenek itu tertegun melihatnya.
Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi kedesa dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Tapi ternyata ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihatnya tunangannya sedang memasak. Akhirnya sihirnya pun hilang karena perjumpaan dengan Raden Inu. Tetapi pada saat itu muncul nenek pemilik gubuk itu dan putri Candra Kirana memperkenalkan Raden Inu pada nenek. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya keistana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Galuh Ajeng pada Baginda Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Galuh Ajeng mendapat hukuman yang setimpal. Karena takut Galuh Ajeng melarikan diri kehutan, kemudian ia terperosok dan jatuh kedalam jurang. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapatipun berlangsung. Mereka memboyong nenek dadapan yang baik hati itu keistana dan mereka hidup bahagia.

Malin Kundang

Malin Kundang


Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa,Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin Kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.
"Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

Bunga Kemuning

Pada suatu masa, hiduplah sepuluh orang putri raja yang sangat cantik-cantik. Ibu mereka sudah lama meninggal dan ayah mereka, sang raja, begitu sibuk dengan urusan kerajaannya sehingga mereka hampir tidak punya waktu untuk berkumpul bersama. Akibatnya putri-putri ini menjadi nakal dan manja, kecuali sang putri bungsu, putri Kuning. Ya, mereka memang diberi nama dengan nama warna. Ada putri Jambon, putri Hijau, putri merah merona, putri nila dan lain-lain. Barangkali dulu sang ibu berharap anak-anaknya akan memberi banyak warna di kehidupan ini. Sayang, sang ibu keburu meninggal sehingga tidak sempat mendidik mereka sengan baik.
Kesepuluh putri ini selalu memakai pakaian dan perhiasan yang sewarna dengan nama mereka. Putri Merah selalu memakai warna merah, demikian juga putri-putri lainnya.
Sementara kakak-kakaknyabermalas-malasan dan membuat keonaran, putri Kuning menghabiskan waktu dengan membantu inang-inangnya, atau membaca buku, dan atua merawat kebun bunga kesayangannya. Kakak-kakaknya sering mengejeknya.
“Heh lihat tuh si Kuning! Sepertinya dia pantas ya jadi pelayan. Mana ada seorang putri yang belepotan lumpur begitu,” kata putri Jambon yang disambut gelak tawa yang lain.
Putri Kuning tidak pernah mengindahkan ejekan mereka. “Biarlah, lama-lama juga capai sendiri,” pikir putri Kuning.
Suatu hari raja harus pergi ke negeri tetangga di sebrang lautan. Dia sengaja mengumpulkan putri-putrinya malam itu untuk berpamitan.
“Nak, ayah akan pergi jauh. Mungkin sebulan lagi ayah baru kembali. Kalian mau ayah belikan apa?” tanyanya.
“Oh, aku mau kalung dan gelang baru ayah! Jangan lupa liontinnya harus rubi yang besar ya!” kata putri Merah merona.
“Aku mau kain sutera yang banyak ayah,” kata putri Jingga.
Semua putri berebut menyebutkan permintaannya, hanya putri Kuning saja yang tidak berdiam diri dan hanya mendoakan supaya ayahnya pulang dengan selamat.
Sepeninggal sang raja, kakak-kakak putri kuning semakin malas saja. Kegiatan mereka sehari-hari hanya bersolek, makan dan bermain. Para dayang dibuatnya sibuk melayani mereka.
Sementara itu putri Kuning menghabiskan waktunya dengan merawat kebun bunga istana yang merupakan tempat favorit ayahnya. Memang saking sibuknya para pelayan istana meladeni kemauan kakak-kakaknya, kebun istana menjadi terbengkalai.
“Wah kita punya pelayan baru tuh!” teriak putri Nila sambil menunjuk putri Kuning.
“Hei pelayan, nanti kalau sudah beres, sekalian sapuin kamar saya ya hahahaha…” teriak putri hijau.
Kesembilan kakaknya tertawa mengejek hingga perut mereka sakit.
“Ah, aku bosan! Lebih asyik kayaknya kalau kita jalan-jalan di luar istana daripada nonton orang sok baik itu!” ajak putri Nila yang langsung disetujui yang lainnya.
Mereka pun berlalu meninggalkan putri Kuning yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka. Akhirnya sebulan kemudian ayah mereka pulang membawa oleh-oleh yang mereka tunggu. Mereka sibuk berebut mencari pesanan mereka, dan hanya putri kuning yang ingat mengucapkanselamat datang dan memeluk ayahnya. “Anakku, maafkan ayahmu ini nak! Aku tidak bisa menemukan perhiasan yang berwarna kuning untukmu. Hanya kalung permata hijau ini yang ayah belikan untukmmu,” kata raja. “Ah sudahlah ayah. Keselamatan ayah jauh lebih penting daripada oleh-oleh. Lagipula kalung ini juga bagus dan serasi dengan baju kuningku,” hibur putri Kuning sambil mengecup kening ayahnya dengan sayang.
Esoknya saat kesepuluh putri ini berkumpul. Putri hijau tiba-tiba menyadari bahwa putri Kuning memakai kalung berwarna hijau.
“Hei, kamu kok pakai kalung warna hijau? Seharusnya kalung itu milikku karena namaku putri Hijau,” katanya.
“Maaf kak, kalung ini ayah sendiri yang berikan, jadi ini kalungku!” ujar putri Kuning.
Putri Hijau tidak senang dan merasa berhak memiliki kalung hijau itu, maka dia menghasut saudaranya yang lain.
“Si Kuning itu sudah keterlaluan, dia pasti sudah memaksa ayah memberikan kalung hijau itu untuknya. Padahal kalau ayah mau memberikan hadiah padanya, pasti kalungnya berwarna kuning dong!” katanya.
“Hmm dia memang semakin menyebalkan akhir-akhir ini, lihat saja tingkahnya yang sok rajin, pasti dia Cuma ingin mengesankan ayah saja, biar lebih disayang,” kata putri Jambon.
“Ayo kita kasih dia pelajaran, biar kapok,” kata putri Jingga.
“Ayo…!” kata yang lain.
Diam-diam mereka menangkap putri Kuning saat berada di kebun istana dan menyiksanya. Tanpa sengaja salah seorang putri memukul kepala putri Kuning dengan keras sehingga dia tewas seketika. Mereka semua bingung dan takut. Akhirnya putri Jambon memutuskan untuk mengubur putri Kuning sebelum kematiannya diketahui orang lain. Putri Kuning pun dikuburkan di tengah kebun bunga istana. Kalung hijaunya pun ikut dikuburkan karena ayahnya pasti curiga jika putri Hijau memakainya.
Raja heran, karena seharian ini dia tidak melihat putri Kuning yang biasanya senantiasa menemaninya jika ia telah selesai dengan tugas kerajaannya. Raja sudah mencari ke kamarnya, ke kebun istana, ke danau, tapi putri Kuning tetap tidak kelihatan. Dia menyuruh para pelayan untuk mencarinya. Namun berbulan-bulan putri Kuning tidak diketemukan. Sementara kakak-kakaknya mengaku tidak tahu menahu soal hilangnya adik mereka. Raja sangat bersedih kehilangan putri kesayangannya.
Suatu hari saat raja termenung di kebun istana, dilihatnya ada tanaman baru di tengah kebunnya.
“Oh tanaman apa ini? Alangkah indahnya. Daunnya bulat dan hijau seperti kalung putriku. Bunganya juga kekuningan dan sangat wangi. Bunga ini mengingatkanku pada putriku yang hilang. Baiklah aku akan menamai bunga ini bunga Kemuning,” kata raja.
Bunga ini tetap tumbuh di kebun istana dan menemani sang raja hingga akhir hayatnya. Bunganya yang wangi sering dipakai untuk mengharumkan rambut. Batangnya bisa dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah dan kulitnya digunakan untuk membuat bedak. Seperti halnya putri Kuning, bunga kemuning juga selalu memberikan kebaikan bagi orang-orang di sekitarnya.

Bawang Merah & Bawang Putih

Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia.  Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikahi saja ibu Bawang merah supaya Bawang putih tidak kesepian lagi. Maka ayah Bawang putih kemudian menikah dengan ibu Bawang merah. Mulanya ibu Bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada Bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang”
“Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri tepi sungai.
Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih. 
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.
Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba.
“Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.  
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi. 
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas.Itulah balasan bagi orang yang serakah.

Legenda Batu Gantung


Alkisah, di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Pada suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba. Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.

Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan
seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.

“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni.


Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu. Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil menggonggong.


Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang batu yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.


“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.


Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.


“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.


Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat.


“Parapat[2]… ! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..


Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan.


Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.


“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.


“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.


“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.


“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.


“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.


“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.


“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah.


Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.


Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara
seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”

“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.


“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik.


“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.


“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.


Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.


“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.


“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.


Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.


“Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!”


“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.


Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah
seorang warga mengulurkan seutastampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.

“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.


“Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.


“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.


“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.


“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah
seorang warga.

Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.


Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh
seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batucadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.

Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara: “Parapat… parapat batu… parapatlah!”


Oleh karena kata “parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”. Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.



Legenda Danau Toba

Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. "Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar," gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.
 Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. "Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku." Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. "Bermimpikah aku?," gumam petani.
"Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata," kata gadis itu. "Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu," kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. "Dia mungkin bidadari yang turun dari langit," gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. "Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! " kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. "Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!" kata Petani kepada istrinya. "Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik," puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

Cerita Abu Nawas dan Telur Unta

Abu nawas orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang Badui Padang Pasir. Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran orang Arab.



Pada suatu ketika Raja Harun Al Rasyid terkena penyakit yang aneh. Semua tubuh Raja Harun Al Rasyid terasa pegal dan kaku, badanya panas dan susah untuk bergerak. Penyakit itu semakin bertambah parah dikarenakan sang Raja tidak mau memakan makanannya.

Banyak tabib didatangkan untuk mengobati penyakit Sang Raja, namun tak ada satupun yang bisa mengobati. Sudah banyak pula obat yang diminum tetpai masih belum bisa mengobati penyakitnya.

Sang Raja tidak mau menyerah dengan penyakitnya, Raja masih berkeinginan untuk sembuh. Maka pengawalnya diutus untuk mengadakan  sebuah sayembara. Yang bisa menyembuhkan penyakit Sang Raja akan diberikan hadiah.

Kabar sayembara itu terdegar oleh Abu Nawas, ia pun tertarik dengan sayembara itu. Tidak lama kemudian si Abu Nawas memutar otak dan pergi menuju ke Istana Raja Harun Al Rasyid.  Setelah tiba di istana, sang raja terkejut melihat si Abu Nawas datang untuk mengobati dirinya.

"Abu Nawas , setahuku engkau bukan lah seorang tabib, tapi mengapa engkau mengikuti sayembara ini?
"Tuan Raja janganlah lihat penampilanku saja, begini-begini aku juga bisa obati orang sakit.
"Benarkah?  Berarti engkau bisa sembuhkan penyakitku juga.
"Oh, tentu saja bisa tuan Raja. Sebenarnya apa penyakit Raja?
"Aku juga tidak tahu, tetapi seluruh tubuh dan badanku terasa sakit semua, keluh sang Raja
"Ha ha ha ha...Abu Nawas malah tertawa.
"Hei apanya yang lucu, kata sang raja.
"Tidak tuan, kalo penyakit itu gampang sekali obatnya.
"Benarkah, kaget sang raja. Apa nama obatnya dan dimana aku bisa mendapatkannya.
"Obat itu adalah telur Unta, dan anda bisa mendapatkannya dikota Baghdad ini.
Mendengar kata-kata Abu Nawas, sang Raja merasa bersemangat dan ingin mendapatkan telur Unta itu.
"Hei Abu Nawas, awas kalo kamu sampai berbohong. akan kuhukum kamu kata sang Raja.
"Cari dulu telur Unta itu, jangan asal hukum saja" kata Abu Nawas.

Keesokan harinya sang Raja berangkat dengan pengawalnya, Ia menyamar menjadi rakyat biasa karena tidak ingin diketauhi kalau dia seorang Raja. Raja pergi ke pasar-pasar disekitar Baghdad, tetapi belum menemukan telur Unta. Raja tidak mau menyerah dan mencarinya kerumah-rumah warga tetapi dia belum menemukan juga. Semangat Raja Harun Al Rasyid sangat kuat sekali, ia tidak peduli jarak yang telah ditempuhnya. Hingga akhirnya tiba di sebuah hutan.

Raja terus berjalan tanpa hiraukan pengawalnya yang sudah kelelahan,sambil menggerutu ia tetap berpikir dimana telur itu berada.
"Awas kau Abu Nawas, kalau aku tidak menemukan telur itu akan kuhukum kau!" gerutu raja. Penggawal bersiaplah untuk menghukum Abu Nawas besok!".
"Siap Raja" kata pengawal yang sudah kelelahan. "Tetapi kita sebaiknya kembali ke Istana, sepertinya kita tidak menemukan telur itu".
Raja Harun Al Rasyid mempertimbangkan saran sang pengawal, beberapa saat kemudian ia melihat seorang kakek yang sedang membawa ranting.
"Tunggu pengawal, kita coba tanya pada kakek itu" kata Sang Raja.

Sang Raja Harun Al Rasyid menhampiri kakek yang membawa ranting itu, melihat kondisi si kakek yang udah tua ia sangat kasihan, maka ia pun menawarkan jasa untuk membawa kayu-kayu itu. Setelah sampai dirumah kakek tadi, sang kakek berterimakasih kepada Raja Harun Al Rasyid yang ia tidak menyangka bahwa ia adalah seorang raja.
"Terima kasih cuk, semoga Allah membalas kebaikan cucuk"
"Sama-sama kek" kata raja.
"Oh iya kek, saya mau bertanya, apakah kakek punya telur Unta" tanya raja pada si kakek
"Telur Unta?"  si kakek pun berfikir sejenak.
"Hahahahaha..." tawa  si kakek. Raja Harun Al Rasyid pun heran dan bertanya apda sang kakek.
"Apa saya salah tanya kek" tanya raja keheranan. "Bisa kakek jelaskan?"
"Cuk, didunia ini mana ada telur Unta, setiap hewan yang bertelinga itu melahirkan bukan bertelur, jadi mana ada telur Unta. Mendengar penjelasan sang kakek membuat sang raja dan pengawalnya tersentak kaget.
"Benar juga mana ada telur unta, unta kan binatang melahirkan bukan bertelur" gumam sang raja.
"Awas kau Abu Nawas"

Keesokan harinya sang raja dengan kesalnya menunggu Abu Nawas yang telah mengerjainya, mondar-mandir kesana-kemari sambil komat-kamit.
"Awas kau Abu Nawas! awas kau Abu Nawas!'

Beberapa saat kemudian si Abu Nawas datang ke Istana. Ia memberi senyum jenakanya kepada raja, Raja Harun Al Rasyid langsung memarahinya
"Hai Kau Abu Nawas, beraninya kau mengerjai ku, aku tidak bisa terima ini. Dengan kesepakatan kita bahwa Aku akan menghukummu karena kamu telah membohongi aku, mana ada telur unta sedangkan unta itu kan hewan yang melahirkan.
"Anda benar Tuan Raja, kata Abu Nawas membenarkan pernyataan sang raja, telur unta itu sebenarnya tidak ada, unta hewan yang melahirkan dan bukan bertelur.
"Lantas, mengapa kau menyuruhku untuk mencari telur itu?" sanggah raja.  "Pokoknya sekarang kamu dihukum"
"Tunggu dulu Tuan Raja, sebelum saya dihukum, saya ingin bertanya"
"Tanya apa" kata raja
"Bagaimana kondisi tubuh Tuan Raja hari ini? tanya si Abu Nawas.
"Kondisi badanku, aku merasa tubuhku tidak pegal dan sakit seperti kemaren, sang raja pun terdiam sejenak.
"Abu Nawas, aku sudah sembuh, penyakitku hilang, penyakitku hilang Abu Nawas." raja sangat gembira.
"Aku tahu, perjalananku yang amat jauh kemaren telah membuat tubuhku yang tadinya jarang bergerak menjadi bergerak dan itu membuat aliran darahku yang beku menjadi lancar kembali" itu penyebabnya, terima kasih Abu Nawas" kata sang raja
"Benar tuan, Kata Abu Nawas, tubuh yang tidak dibiasakan bergerak akan membuat darah membeku dan menjadi penyakit, maka dari itu raja rajin-rajinlah bergerak"
"Abu Nawas maafkan aku telah memarahimu, aku tidak akan menghukummu tapi aku akan berikan hadiah karena telah memberiku saran yang luar biasa.
"Terima kasih tuan raja" jawab Abu Nawas.

Jambret Nenek, Pelaku Ditembak Polisi




SOLO, KOMPAS.com - Seorang pria bernama Wawan Ardi (30) warga Pasar Kliwon Solo, ditembak polisi karena menjambret tas milik seorang nenek bernam Lit Wan (70) yang sedang berkendara bersama puterinya Mutiara (39). Wawan ditembak paha kanannya saat mencoba melarikan diri bersama rekannya yang masih buron.
Menurut saksi mata, peristiwa penjambretan terjadi Sabtu (8/6/2013) sekitar pukul 11.45, saat korban melintas di Jalan Kusumo, Keprabon, Banjarsari, Solo. Di depan toko sepatu Sadinoe, mereka dipepet oleh pelaku yang mencoba merampas tas milik korban. Sempat terjadi rebutan karena korban mencoba mempertahankan tasnya, sehingga pelaku jatuh. Pada saat bersamaan, melintas petugas kepolisian yang langsung mencoba menangkap pelaku.
Melihat polisi datang, pelaku mencoba lari dengan merebut sepeda motor milik korban, Honda Supra X dengan nomor polisi AD 6998 EK. Saat itu petugas sempat melakukan tembakan peringatan namun pelaku justru melarikan diri, sehingga polisi mengarahkan senjata ke kaki pelaku.
"Saat itu saya juga sedang lewat dan melihat pelaku dikejar polisi lalu pelaku tersungkur setelah ditembak petugas," kata Sulardi (40), salah satu saksi mata.
Warga sekita lokasi langsung berdatangan karena mendengar suara tembakan. Dari pengamatan Kompas.com, sepeda motor pelaku jenis Xion dengan nomor polisi ­­AD 6972 ZU, yang digunakan untuk menjambret telah diamankan petugas. Selain itu sebuah senjata api juga diamankan dari pelaku.
"Kita masih melakukan pengembangan dan mengejar pelaku yang buron " kata AKP Sunarto, Kanitreskrim Polsek Banjarsari, Solo.
Dua korban langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan karena mengalami luka di bagian kaki. "Saya baru kerja lalu ditelpon saudara kalau ibu dan kakak saya jadi korban jambret. Kondisinya masih shock dan mengalami luka di bagian kaki," kata Pambudi (34) anak korban.
Sedangkan Wawan, sang pelaku, hanya bisa mengerang kesakitan saat petugas Rumah Sakit Brayat Minulyo, Solo, merawat luka tembak di paha kanannya.

Asal Usul Telaga Warna

Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di jawa barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangant bijaksana sehingga kerajaan yang dipimpin makmur dan tenteram.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamanah. Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya.Akhirnya semua pun meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman,bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.